Iklan

terkini

Menyelami Filosofi Kehidupan dari Tari Tapel Telu

Jejak Lombok
Monday, November 2, 2020, Monday, November 02, 2020 WIB Last Updated 2020-11-02T03:07:22Z

PENTAS: Inilah salah satu gerakan yang ditampilkan dalam Tari Tapel Telu.

SELONG
--Seniman tari terbilang unik. Setiap gerakan yang diciptakan sering kali lahir dari ruang imajiner. 

Namun tak jarang pula lahir dari ruang kehidupan yang nampak di alam semesta. Muali dari gerakan hewan, tumbuhan dan bahkan yang lainnnya.

Tari Tapel Telu misalnya. Tari ini lahir dari ruang kehidupan beragama masyarakat Suku Sasak di Lombok. Tari ini sendiri belakangan sedang ramai diperbincangkan di kalangan seniman.

Pencipta TarinYapel Telu, Lalu Malik Hidayat mengatakan, gerakan seni tari ini menceritakan tentang kehidupan beragama suku Sasak, yakni faham Metu Telu. Yang mana sampai saat ini praktik agama itu masih ditemukan.

"Tari ini memang terilhami dari kehidupan beragama suku Sasak yakni Metu Telu," katanya ketika ditemui saat sedang pentas seni di sebuah acara, Sabtu (30/10).

Dia menceritakan, pada tahun 2017 awal mulai perenungan tentang nilai yang terkandung dalam keyakinan kehidupan beragama Metu Telu bagi suku Sasak. Dalam perenungan tersebut, ia melihat seperti layar lebar, nampak ada gerakan lenggak-lenggok gerakan tari yang menggambarkan keyakinan tersebut.

Ia memgaku mengalami kebatinan yang berbeda pada saat perenungan. Seperti adanya bisikan dari telinga kanan dimana suara itu terdengar sepanjang hari.

"Mungkin bagi orang hal itu tidak masuk akal, dan kalau pun saya akan bercerita akan dianggap gila," akunya.

Apa yang dilontarkannya ini cukup beralasan. Terlebih, sebagai pencipta tari ini sendiri ia mengaku tak memiliki keahlian dalam bidang tari. Lantaran itu, awal tahun 2019 ia menggandeng salah seorang dosen jurusan seni di salah satu kampus di Lombok Timur.

Beberapa kandungan nilai faham agama Metu Telu disebutnya yakni mentelok (bertelur) tioq (tumbuh), dan proses dilahrikan ke dunia. Gerakan itu di bagi menjadi setidaknya beberapa gerakan tari.

Gerakan pertama, ujarnya, bercerita saat manusia masih belum tumbuh di dalam kandungan orang tua. Saat proses tumbuh manusia masih belum berbentuk. 

Pada proses itu manusia dalam proses peniupan roh dan perjanjian dengan tuhan. Sebuah fase tentang kesiapan lahir ke dunia dengan segala hiruk pikuk yang akan dihadapi kelak jika hidup.

Dalam proses itu, manusia belum mengenal apa-apa, yang ditahu hanyalah Tuhan dan masih dalam berbentuk ruh.

Gerakan kedua mentelok, digambarkan manusia sudah berberbentuk. Sudah dapat bernapas dan bergerak, dan nyawa pun sudah masuk dalam jasad.

Meski sudah berbentuk manusia, namun masih dalam rahim ibu. Yang masih bersih dan belum memiliki dosa apapun.

Gerakan ketiga yakni lahir, dalam kelahiran inilah manusia melewati banyak tahapan. Mulai mengenal benda dan lingkungan sekitar. 

pada fase ini, jelasnya, manusia sudah melupakan janjinya kepada Tuhan. Dimana pada tahapan inilah kehidupan sesungguhnya dimulai. Bersentuhan dengan godaan kehidupan dan dalam waktu bersamaan manusia  mengenal dirinya dan menjadi kuasa penuh atas dirinya.

"Karena dalam tahap ini manusia harus menghadapi hawa nafsu yang tertanam dalam dirinya," bebernya.

Beranjak dewasa manusia sering mengenakan topeng dalam mengarungi kehidupannya. Sebab dalam diri manusia tak hanya ruh namun juga hawa nafsu.

Manusia yang bertopeng kehidupan ini, menutup kejelekan dalam dirinya. Padahal Tuhan mengetahui segala bentuk urusan. Keadaan ini bahkan, sampai ajal menjemput.

"Kalau dia berhasil maka akan selamat dalam hidup, dan kehidupan di dalam alam barzah," tandasnya. (sy)

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Menyelami Filosofi Kehidupan dari Tari Tapel Telu

Terkini

Iklan