Iklan

terkini

Eyang Ahmad dan Songak

Jejak Lombok
Friday, June 12, 2020, Friday, June 12, 2020 WIB Last Updated 2020-06-13T04:22:51Z
Oleh: 
Mastur Sonsaka*

Ahmad JD adalah sosok sejarawan dan budayawan Sasak senior, setidaknya itu yang saya tahu. Kabar tentang kepergiannya tentu saja sangat mengejutkan.

Ya Eyang Ahmad JD telah pergi untuk selamanya menghadap sang khalik. Namun jejaknya akan abadi bersama kenangan dan karya yang menghiasi memori dan kepustakaan sejarah dan budaya Sasak.

Eyang Ahmad JD telah banyak berinteraksi dalam forum-forum dan karya tulis ilmiah tentang sejarah dan budaya Sasak. Sebagai sejarwan dan budayawan sosok Eyang Ahmad JD selain masyhur tapi juga kontroversial. S

Sangat banyak pandangan-pandangan sejarah dan budayanya yang keluar mainstream.
Pandangannya tentang Songak adalah salah satu yang menurut saya dapat memancing kontroversi.

Hal inilah yang menjadi titik pangkal perkenalan saya dengan sosok Eyang Ahmad JD beserta segala hal tentang dirinya. Saya berkenalan dan bercengkrama dengan Ahmad JD, -belakangan saya panggil dengan Eyang-, pada sekitar akhir tahun 2012 saat Songak sebagai desa administratif kembali diresmikan.


Sebelumnya Songak dilebur dengan Keselet sekitar tahun 60-an sebagai akibat peraturan perundang-undangan masa itu dengan kesepakatan nama desa secara administratif Keselet sedangkan pusat pemerintahan berada di Songak.

Dengan kembalinya Songak sebagai desa melalui kebijakan pemekaran yang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten kala itu, maka pemuda dan pemerintah Desa Songak berinisiatif menggelar semacam perayaan dalam bentuk hari lahir (harlah) dengan segala rangkaiannya. Salah satu rangkaian acara harlah direncanakan digelar sarasehan budaya yang mengangkat sejarah dan asal usul orang Songak.

Kesan pertama yang saya tangkap dari sosok Eyang Ahmad JD ini adalah kesederhanaan dan kebersahajaan, sebab sejak saat itu kami acapkali saling kunjungi. Rumah beliau sangat sederhana dan pada saat berkunjung ke Songak beliau selalu ditemani sepeda motor butut Astrea Prima.

Sejarah dan asa usul orang Songak terasa penting untuk dieksplorasi. Ini karena Songak memiliki dua situs budaya utama yakni Masjid Kuno (Masjid Bengan) dan makam yang “dikeramatkan” serta terseraknya foklor di kalangan masyarakat Songak. Dan sekaligus hal inilah yang menjadikan Eyang Ahmad JD terasa penting dan akhirnya mengisi ruang-ruang memori saya tentang asal usul dan sejarah orang Songak secara khusus dan Sasak pada umunya.

Banyak cerita mengejutkan bagi saya yang dituturkan oleh Eyang Ahmad JD terkait asal usul dan sejarah Songak. Salah satu yang paling menonjol adalah perenyataannya mengenai sebaran orang Songak di Pulau Lombok bahkan beliau mampu mengidentifikasi dimana saja orang Songak sekarang berada. Yang mengejutkan nama-nama dan daerah yang beliau sebut adalah nama-nama besar dan daerah-daerah yang tak terbayangkan oleh saya sebagai native Songak.

Bahkan beliau menggunakan istilah Songak Origin dan Songak Dataran. Songak origin adalah orang Songak yang masih tinggal di wilayah administratif Desa Songak dan orang Songak yang tinggal di luar Songak tapi masih mengakui diri sebaga orang Songak.

Sedangkan Songak Dataran adalah orang Songak yang pergi karena sebab-sebab historis tertentu,-terutama masa penjajahan Bali-, dan sudah tidak mau mengakui dirinya berasal dari Songak karena alasan historis pula.

Bahkan masih menurut Eyang Ahmad JD, Songak bukanlah sekedar nama tempat tapi Songak adalah sebuah imajinasi dan cita-cita. Tentu bagi saya hal ini adalah sebuah kejutan sekaligus tantangan besar untuk dieksplorasi lebih jauh karena cerita yang dituturkan Eyang Ahmad JD tentang Songak selain mengejutkan juga pasti menimbulkan kontroversi bagi publik.

Dari cerita Ahmad JD inilah sampai sekarang diikhtiarkan oleh Pemerintah Desa Songak bersama pemerhati dan pegiat adat dan budaya Songak yang tergabung dalam Lembaga Adat Dharma Jagat secara rutin menggelar event Bejango Bliq. Ritual Bejango sebenarnya secara regular ghalib dilaksanakan oleh masyarakat Songak setiap Senin dan Kamis. Namun event tahunan Bejango Bliq ini dihajatkan sebagai wadah “pulangnya” masyarakat Songak Dataran seperti yang dijelaskan Eyang Ahmad JD tersebut.

Masih banyak hal-hal mengejutkan yang dituturkan Eyang Ahmad JD tentang Songak yang tentu saja tinggal dan menghiasi memori dan intelektual saya.

Akhirnya, selamat jalan Eyang saya meyakini Eyang akan mendapatkan tempat terbaik karena saya menyaksikan Eyang adalah orang baik dalam batas-batas kemanusiaan yang saya pahami dan yakini. 

* Penulis adalah staf pengajar di IAI Hamzanwadi Pancor.
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Eyang Ahmad dan Songak

Terkini

Iklan