Iklan

terkini

Membangun Pariwisata dengan Prinsip 3A, Apa Itu?

Jejak Lombok
Saturday, November 6, 2021, Saturday, November 06, 2021 WIB Last Updated 2021-11-06T07:48:34Z

HM Juaini Taofik

SELONG
-- Lembaga Adat Darma Jagat Desa Songak Kecamatan Sakra Lombok Timur kembali menggelar event budaya. Event kali ini bertajuk Songak Bejango Bliq. 

Tahun ini merupakan kali kesepuluh kegiatan tersebut dilaksanakan. Nampak warga setempat tumpah ruah memadati acara tersebut. 

Sekda Lombok Timur, HM Juaini Taofik, mengajak semua pihak berpijak pada tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut. Mulai dari kepala desa (Kades), camat hingga pemerintah daerah.

"Motto Aiq meneng tunjung tilah empaq bau harus digunakan tidak hanya oleh masyarakat," ucap HM Juaini Taofik, saat menjadi pembicara kunci pada event Budaya Songak Bejango Bliq kemarin, Kamis (4/11).

Maksud dari moto itu, jelasnya, selama hidup pasti menemui masalah. Pepatah Sasak itu, ujarnya, tetap selalu dapat digunakan sebgai pedoman meski zaman saat ini.

Istilah orang tua suku Sasak ini, jelasnya, telah dicontohkan oleh Rasul, Nabi Muhammad SAW. Contoh itu ketika menyatukan kaum Muhajirin dan Ansor. 

Kata dia, masalah itu telah ada serta dapat diselesaikan. Masalah yang ada tak membuat umat Islam kala itu menjadi lemah, apalagi kehilangan arah, tapi lebih kuat.

"Airnya tetap bening, dan ikannya bisa ditangkap dan tetap harum," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Sekda menyinggung masalah wisata. Pasalnya desa setempat telah ditetapkan menjadi salah satu desa wisata di Lombok Timur.

Dirinya mengatakan, sesuai dengan teori kepariwisataan, ada prinsip membangun sebuh destinasi. Prinsip itu disebutnya tiga A.

Yakni aksesibilitasyang menyangkut infrastruktur atau jalan menuju objek. Ada juga amenitas terkait tetang sarana dan prasarana di lokasi destinasi itu. 

Terkahir yakni, atraksi yang menyangkut tentang pertunjukan baik berupa kesenian maupun ritual budaya.

Salah satu desa yang sukses membangun wisata di wilayahnya ialah Seruni Mumbul, Kecamatan Pringgabaya. Menurutnya, Kades setempat menginvestasikan dana desa dengan menyulap sungai menjadi destinasi.

Wisata yang dibangun 2018 yang lalu, paparnya, menginvestasikan anggaran melalui dana desa sebesar Rp 600 juta.

Saat ini, ujarnya, desa tersebut tengah memetik hasilnya. Tak hanya pendatang namun juga warga setempat dapat menjual ikan hasil tangkapannya.

"Yang kita dorong di daerah wisata bagaimana caranya memperbanyak tamu," ucapnya.

Wisata, kata dia, salah satu sektor andalan daerah. Dirinya mengibaratkan sebagai sebuah silaturahim. Jika banyak tamu yang datang, maka sesuatu akan banyak hal yang didapati.

Hal itu, menurutnya, sesuai dengan ajaran agama. Jika banyak tamu yang datang ke rumah maka rezeki orang akan semakin baik.

Terlebih Desa Songak sebutnya, telah berada di jalan yang benar. Desa ini telah banyak kemajuan teruama dari SDM. Namun demikian hal ini jika tidak dikelola dengan baik, bisa jadi ancaman.

"Jika Kades berani semua bisa. Tetap berpedoman pada Aiq Meneng Tunjung Tilah Empaq Bau, sebagai legasi kita," ucapnya.

Inan Gawi Event Budaya Songak Bejango Bliq, Mastur, dalam sambutannya mengakui jika desa terbut di tahun ini telah ditetapkan menjadi salah satu desa wisata di Lotim.

Namun demikian, kata pria yang saat ini duduk sebagai anggota BPPD itu, belum melihat langkah untuk membangun SK tersebut.

"Sampai saat ini mohom maaf, dan nanti mohon kita didampingi agar layak kita ini menjadi desa wisata," ujarnya.

Sampai hari ini, ujarnya, mungkin banyak orang yang heran kenapa desa itu dapat menjadi desa wisata. Tidak sesikit yang bertanya apa yang menjadi objeknya, atau kebanggaan wilayah tersebut.

Lantaran itu, dirinya menyebut penunjukan itu menjadi beban yang berat. Pertanyaan itu membutuhkan semua pihak untuk sama-sama menjawab.

Mungkin, kata Mastur, desa ini termasuk dalam wisata budaya dan religi. Sebab memiliki situs dan ritus yang masih dapat ditemukan.

Dalam kesempatan itu dirinya menyampaikan, bahwa atrakasi bukan hanya untuk acara yang bersifat seremonial belaka atau hanya pertunjukan semata. Namun bisa menjadi legasi bagi generasi kedepannya.

"Ini proses inkulasi nilai-nilai budaya yang diwarisi oleh nenek moyang kami," pungkasnya. (kin)

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Membangun Pariwisata dengan Prinsip 3A, Apa Itu?

Terkini

Iklan