MUSYAWARAH DESA: Para pemuda dan Pokdarwis di Desa Sembalun saat mengikuti musyawarah desa. |
SELONG -- Kawasan pariwisata Sembalun Lombok Timur mendapat dana hibah dari Kementerian Desa. Hanya saja, alokasi penggunaan dana ini rupanya memicu kekisruhan di kalangan pegiat wisata setempat.
Belum lama ini, salah seorang pemuda yang mengatasnamakan diri pegiat pariwisata berstatemen di salah satu media. Pemuda tersebut bernama Rusmala.
Ia mendukung pemindahan penggunaan anggaran tersebut di salah satu lokasi wisata. Statemen itu rupanya membuat pemuda setempat geram.
Dukungannya ini dilontarkan lantaran pembahasan dana hibah dari kementerian itu sangat alot. Para pihak yang terlibat dalam pembahasan disinyalir punya kepentingan personal yang hendak disusupkan.
Buntut alotnya pembahasan itu, Rusmala juga memunculkan istilah anjing berebut tulang. Istilah ini dialamatkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembahasan.
Ketua Pokdarwis Sembalun, Taiger Trawan, mengaku heran dengan statemen yang dilontarkan pemuda tersebut. Apa yang disampaikan di media terkesan tak mendukung pembangunan fasilitas wisata di Desa Sembalun.
Padahal, ungkapnya, sudah jelas dana hibah dari Kemendes diperuntukkan untuk pembangunan fasilitas Desa Wisata. Pihaknya dan organisasi kepemudaan setempat merasa kecewa dengan ucapan tersebut.
"Statemen dari saudara Rusmala, yang mengaku sebagai pelaku pegiat wisata," kata Taiger Trawan, melalui keterangan tertulisnya, Selasa (25/5).
Justru, kata dia, yang bersangkutan mendukung pengalihan anggaran sebanyak Rp 600 juta yang berasal dari kementerian untuk pembangunan Cemara Siu. Padahal, ucap dia, Pembangunan di Cemara Siu jelas minim manfaat untuk masyarakat.
Jika memang benar merasa pelaku wisata, mestinya harus paham apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan di Desa Wisata. Yang bersangkutan diminta tak hanya terkesan sebagai penikmat kemajuan wisata sendiri.
"Kami tidak merasa selama ini saudara Rusmala sebagai tokoh muda visioner di bidang pariwisata seperti klaimnya," ketusnya.
Taiger menuding, yang bersangkutan pernah berbuat terkait pengembangan kemajuan wisata khususnya di Desa Sembalun. Alih-alih pernah berbuat, Rusmala justru dituding hanya penikmat hasil kerja keras pegiat wisata yang ada.
"Jad sangat lucu kalau dirinya mengaku sebagai tokoh pemuda penggiat wisata," ucapnya.
Masih kata Taiger, yang bersangkutan dikenalnya sebagai seorang yang berkepribadian individualis. Yang bersangkutan juga dalam kegiatan kemasyarakatan dan kepemudaan tidak pernah ikut terlibat.
Tak hanya itu, pihaknya juga keberatan jika sebutan dengan memakai istilah anjing yang berebut tulang terhadap orang-orang yang datang di Kantor Desa Sembalun. Istilah itu dilontarkan saat membahas arah dan rencana penggunaan dana hibah senilai Rp 600 juta tersebut.
Ia merincikan, mereka yang datang di sana adalah para tokoh masyarakat, pelaku wisata, Karang Taruna, Pokdarwis, kepala dusun, perangkat desa, BPD dan BKD. Masing-masing mengeluarkan ide dan gagasan terkait pembangunan keberlanjutan wisata di tempat tersebut, dalam rangka mempercepat kesejahteraan masyarakat.
"Bukan membicarakan bagi-bagi kue seperti apa yang disampaikan orang yang mengakui dirinya tokoh pemuda visioner tersebut," sindirnya.
Ketua Karang Taruna Sembalun, Yogi Prima Meigandi merasakan hal yang sama. Dirinya menyindir dengan mengatakan beginilah jika orang yang kurang bermasyarakat.
Rusmala disebut tak tahu apa yang dibicarakan dan direncanakan oleh segenap pemangku kebijakan di desa setempat.
"Bagaimana dia mau tahu, orang jarang bergaul dengan orang banyak," ucapnya.
Yogi mengatakan, pihaknya tidak melihat ada kepentingan personal dari Pemdes. Hal itu disebutnya nampak pada saat melakukan musyawarah bersama unsur pemuda, BPD dan tokoh setempat.
"Justru kami curiga saudara Rusmala keberatan dengan rencana pembangunan kedai dan pusat oleh-oleh yang akan dikelola pemuda bersama Bumdes. Fasilitas tersebut dibangun tepat di depan warungnya," katanya.
Dirinya menegaskan, jika apa yang dilakukan itu untuk kemajuan wisata dan desa. Dampaknya nanti berupa majunya ekonomi masyarakat setempat.
Terpisah, Kepala Desa Sembalun, Harmini mengatakan, jika anggaran yang berasal dari Kementrian Desa tersebut sudah dibahas tuntas. Pembahasan melibatkan pemangku kebijakan setempat baik BPD hingga ke dinas terkait di kabupaten.
Anggaran tersebut, kata dia, hendak digunakan di rest area di wilayah desa tersebut. Anggaran itu untuk memperbaiki sarana prasana di lokasi tersebut.
"Sepeser pun tidak akan ada ke Cemara Siu. Semua sudah clear termasuk proposal dan beberapa persyaratannya," tandasnya. (kin)