Iklan

terkini

Muhammadiyah NTB Siap Bertukar Pikiran dengan HARUM

Jejak Lombok
Friday, August 21, 2020, Friday, August 21, 2020 WIB Last Updated 2020-08-21T05:05:39Z
TUKAR PIKIRAN: Bakal Paslon Pilkada Kota Mataram saat bertukar pikiran dengan PW Muhammadiyah Kota Mataram.

MATARAM--Demi memperlebar jangkauan komunikasi dan dukungan, bakal pasangan calon H Mohan Roliskana dan TGH Mujiburahman (Harum) terus bersafari. Kali ini keduanya mengunjungi Kantor PW Muhammadiyah di Jalan Lingkar Selatan, Kota Mataram.

Kedatangan kedua tokoh ini dalam Safari Jumat pagi (21/8) itu diterima Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah NTN, Dr H Falahuddin. pasangan Harum diterima bersama jajaran pengurus lainnya seperti Dr Isfanari, Dr Subhan, H Muhammad serta beberapa orang lainnya.

Doktor Falah menyampaikan, selama ini organisasi Muhammadiyah tidak terlibat dalam politik praktis. Meski begitu, politik menjadi media paling efektif berdakwah. Muhammadiyah berkepentingan mengurusi politik.

"Ketika ada politik ya dakwah. Bicara dakwah ya politik," katanya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana menyampaikan, kedatangan ke Kantor Pengurus Wilayah Muhammadiyah sebagai informasi bahwa HARUM ikut pilkada Kota Mataram 2020. Ikhtiar ini perlu disampaikan ke seluruh elemen masyarakat.

"Meski sudah tahu, penting untuk kami sampaikan kembali. Ini menjadi wadah bertukar pikiran dan pandangan terkait rencana ke depan demi kemaslahatan umat," katanya.

Dijelaskan, langkahnya bersama TGH Mujib menjadi pilihan pengabdian. HARUM memilih untuk dipilih menjadi pemimpin. Sarana memberi kemanfaatan bagi masyarakat.

"Tekad ini harus diperjuangan. Tidak semata tekad tanpa investasi sosial dan pengalaman," urainya.

Ke depan, lanjutnya, HARUM ingin membangun semangat pembangunan terintegrasi dengan nilai spiritualitas. Organisasi Muhammadiyah selama ini memiliki konsentrasi yang sama.

"Ini (nilai spritualitas) menjadi bagian untuk bisa menjadi sasaran ketika memimpin," tandasnya.

Diakui Mohan, Kota Mataram begitu kompleks. Memiliki beragam problem dengan beragam kebutuhan masyarakat. Kondisi ini menjadi perhatian serius dari HARUM.

"Kesejahteraan dari masyarakat menjadi tujuan. Tolong kami diberikan masukan dan referensi untuk bisa membenahi diri," imbuhnya.

Sementara itu, TGH Mujiburrahman mengatakan, tokoh Muhammadiyah Buya Hamka menjadi mentornya. Meski saat itu hubungan politik sedikit mengeras. Pada akhirnya Buya Hamka memimpin salat jenazah untuk Bung Karno. Termasuk mengiringi pemakaman lawan-lawan politiknya.

"Ini menjadi kekuatan menjalani lika-liku dalam politik di Kota Mataram. Semua dihadapi dengan prinsip Islam. Di DPRD itu kompetitor semua. Namun bisa duduk bersama, indah jadinya," katanya.

Di dalam ikhtiar HARUM, ada cita-cita besar. Sebagai sama-sama pimpinan pondok pesantren pasangan ini berpegang kepada konsensus ulama, kebijakan pemimpin pada rakyatnya harus penuh kemaslahatan.

"Dengan pemahaman agama yang sudah menancap. Saya berdakwah dari usia 20 tahun hingga 51 tahun. Pesan-pesan agama yang terus diulang dipelajari dan disampaikan kepada masyarakat," imbuhnya.

Ditambahkan, ia berpegang pada hadist nabi, siapa pemimpin dipilih rakyat sampai meninggal tak bisa memenuhi keinginan rakyatnya haram masuk surga.

"Ini membuat gentar. Yang membuat senang, ada hadist lainnya, pemimpin baik satu jam saja sama dengan ibadah 60 tahun ibadah. Apalagi adil dalam satu periode," imbuhnya.

Lebih lanjut, pemimpin idealnya memahami ilmu agama sebelum diangkat. Pesan nabi, pemimpin memahami ilmu agama. Sebagai santri, ketika menjadi pemimpin, ia bisa membuat para penuntut ilmu termotivasi.

"Mereka memang pantas disiapkan sebagai penerus untuk pemimpin karena sudah memahami agama. Memberi kemanfaatan itu bisa dengan ilmu, maal (harta), badan, dan jabatan," urainya.

"Ketika ditakdirkan kepada kami menjadi pemimpin, kami akan memberi kemanfaatan yang besar kepada masyarakat," imbuhnya.

Pada kesempatan tanya jawab dengan pengurus PW Muhammadiyah, beragam masalah hadir memgemuka. Diantaranya, menjaga keseimbangan lingkungan di Kota Mataram.

Manusia-manusia di Kota Mataram disebutnya harus bisa ditata. Selain itu, soal ruang terbuka hijau (RTH) 30 persen harus dipenuhi. Ada juga persoalan lainnya yang mengemuka dan menjadi pembahasan kala itu. (jl)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Muhammadiyah NTB Siap Bertukar Pikiran dengan HARUM

Terkini

Iklan